“The key responsibility of leadership is to think about the future. No one else can do it for you.” — Brian Tracy, motivator asal Kanada.
Bersekolah di Petra sejak SD hingga SMA tidak membuat Albert Setiawan, S.T., M.Apl.Com. jenuh berada di lingkungan yang sama terus-menerus. Lingkungan pergaulan di sekolak Kristen yang dinilainya baik membuatnya mantap untuk melanjutkan jenjang perkuliahan di Universitas Kristen Petra. Segera saja ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Industri angkatan 1993. Kenapa memilih Teknik Industri? “Saya tertarik dengan silabusnya yang menggabungkan antara ilmu teknik dan manajemen,” jawabnya. Bagi Albert, ilmu teknik tanpa ilmu manajemen tidaklah lengkap, demikian juga sebaliknya. “Sejago-jagonya ilmu teknik seseorang, tetap saja membutuhkan ilmu manajemen,” imbuhnya. Untuk menambah pengalamannya dalam bidang organisasi, pria kelahiran Ujung Pandang ini juga tergabung dalam HIMATITRA (Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, red.) tahun 1995-1996.

Selama menempuh program strata 1, Albert sudah memikirkan untuk melanjutkan pendidikan ke strata 2. Ia merasa bahwa ilmu yang dimilikinya saat itu masih jauh dari kata “cukup”. Hanya saja, beberapa orang memberikan saran padanya untuk mencari pengalaman kerja terlebih dahulu, dengan pertimbangan agar ilmu yang didapat di bangku S2 nanti lebih berguna dan mudah dipahami. Oleh karena itu, setelah lulus dari UK Petra tahun 1998, Albert melamar kerja dan diterima di Tjiwi Kimia Mojokerto. Selama 2 tahun, ia bekerja sebagai PPIC (Production Planning and Inventory Control).
Tahun 2000, Albert berangkat ke Australia untuk menempuh pendidikan S2 di Melbourne University selama 1,5 tahun. Ada 3 alasan kenapa Albert memilih Melbourne University. Pertama, dia memang ingin merasakan bagaimana berkuliah di luar negeri. Alasan kedua, Melbourne merupakan kota yang asyik sebagai tempat belajar. Yang terakhir, Melbourne University merupakan salah satu universitas terbaik di Australia. Di sana, pria yang gemar membaca dan berolahraga ini mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Master of Applied Commerce. Meski sudah pernah mencicipi bangku perkuliahan sebelumnya, tak lantas membuat perjalanan selanjutnya mulus begitu saja. Selalu ada tantangan baru di lingkungan yang baru. “Bahasa Inggris orang Australia agak aneh (berbeda dengan bahasa Inggris yang biasa diajarkan di sekolah, red.). Jadi saat pertama kali mendengarkan para dosen ngomong, terus terang saya tidak mengerti apapun yang mereka omongkan. Kuliah di Melbourne juga lebih sering presentasi di depan dibanding waktu SMA atau kuliah di Petra,” kenangnya. Namun ia bersyukur, selama berkuliah di UK Petra, dirinya telah ditempa untuk menjadi pribadi yang tekun, pantang menyerah, serta takut akan Tuhan. Ia segera mengatasi tantangan tersebut dengan cara berani duduk di bangku depan saat kuliah dan memperhatikan dengan seksama apa yang dosennya ucapkan, serta banyak bercakap-cakap dengan teman-teman untuk memperdalam pemahamannya terhadap bahasa Inggris Australia.
Desember 2002, Albert resmi menjadi PPIC di PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Feedmill, Balaraja. CPI sendiri merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, mulai dari bibit ayam yang berumur sehari hingga ke proses pengolahan makanan, seperti chicken nugget. Seiring berjalannya waktu, karir Albert terus menanjak. Mulai dari menerima tanggung jawab lebih besar sebagai Warehouse Manager, kemudian naik menjadi Assistant Plant Manager, dan akhirnya menjadi Plant General Manager hingga saat ini. Butuh waktu 8 tahun untuk bisa mencapai posisi Plant General Manager. Sebagai kepala pabrik yang mengepalai 7 departemen, dengan total 550 orang, tanggung jawab utama Albert adalah menjaga kelangsungan produksi dari pabrik di tempatnya bekerja. “Saya harus dapat memimpin dan mengarahkan staf dan operator untuk dapat berproduksi dengan baik sehingga dapat mencapai target yang sudah ditetapkan oleh manajemen,” terangnya.


Kini, usia perjalanan karir Albert bersama PT CPI telah mencapai 18 tahun lebih. Pencapaian yang luar biasa itu bisa diraihnya karena lingkungan kerja yang nyaman serta teman-teman yang saling mendukung. Selain itu, penghasilan yang didapatkannya bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal itu juga tidak lepas dari usaha Albert untuk selalu melakukan yang terbaik di setiap pekerjaannya. Karena itu, tak pernah terbesit di pikirannya untuk berpindah tempat kerja. Lalu, bagaimana tanggapannya mengenai prinsip orang yang mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dengan cara berpindah-pindah tempat kerja? “Kalau memang yakin pindah itu bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik, tidak apa-apa. Tapi kenyataannya, belum tentu tempat yang baru itu akan lebih baik kan?” jawabnya. Dari segi gaji bolehlah lebih besar, tapi soal suasana kerja tentu baru bisa diketahui ketika sudah masuk ke tempat tersebut. Albert pun memberikan contoh kasus. “Misal di tempat yang sekarang bosnya nyebelin (menyebalkan, red.), pindah ke tempat baru pun belum tentu bosnya ‘gak nyebelin,” katanya. Maka dari itu, Albert memberikan saran beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memutuskan mau bekerja di suatu tempat. Pertama, perhatikan latar belakang perusahaan, apakah perusahaan tersebut memiliki reputasi yang bagus serta prospek jangka panjang. Hal ini sangat penting karena tujuan kita bekerja adalah mencari penghasilan, bukan hanya sebagai tempat pijakan untuk waktu singkat. Kedua, cari tahu budaya di perusahaan tersebut seperti apa. Salah satu cara mencari informasi ini adalah dengan mencari kenalan atau teman yang sudah bekerja di perusahaan tersebut. Kalau memang cocok, misal, dengan sistem kerja perusahaan tersebut, itu bisa jadi poin tambah untuk makin yakin bekerja di sana. Tapi kalau tidak cocok, jangan dipaksa. Yang terakhir, selalu aktif mencari ilmu serta informasi sebanyak-banyaknya dari segi lain, sembari tetap tekun dan gigih.
Ditulis oleh: Ivania Tanoko