Kenangan apa yang paling kamu ingat dari masa kuliah?
Jawaban tiap alumni UK Petra pasti berbeda. Bergadang hingga larut malam untuk mengerjakan tugas, gagal dalam ujian dan terpaksa mengulang mata kuliah, terlambat masuk kelas pagi, kebanyakan panitia sampai keteteran, bertemu kekasih hati, dan banyak lagi. Ketika pertanyaan yang sama dilayangkan pada Yohanes Subiyanto, S.Kom, ia tergelak sendiri. “Pengalaman berkesan? Hmm… Ga banyak kuliah, banyak mbolos-nya. Masa’ kubilang begitu ‘ya, hahahaha,” ceritanya sembari tertawa. Terdengar konyol, namun memang hal itulah yang paling berkesan selama masa studinya di Prodi Teknik Informatika UK Petra. “Saya harus mengejar 24 SKS tiap semester supaya tidak drop-out (DO), karena kekurangan SKS akibat kebanyakan main,” lanjutnya. Mengambil jumlah SKS maksimum tiap semesternya memang tidak mudah, namun Yohanes berhasil lulus meski tidak tepat waktu. “Bablas, ‘sih, tapi tidak lama.”
Awalnya, sosok yang hobi membaca ini mengaku mengira akan sering bergelut dengan game ketika masuk Prodi Teknik Informatika. “Dulu mikirnya main game, ya. Ternyata nggak juga,” ia terkekeh. Kendati demikian, bukan berarti ia serta-merta kecewa karena bidang yang dipilihnya tidak sesuai ekspektasi. Belajar programming dan algoritma berhasil menarik minatnya. “Terbiasa diajari berpikir runtut dan logis. Alur dari awal hingga bertemu solusi.” Bahkan, pola pikir yang terbentuk ketika kuliah ini terbawa dan terpakai hingga sekarang, ketika ia telah menjadi seorang entrepreneur.
Alumnus angkatan 2001 ini merintis bisnisnya sendiri yang tak jauh-jauh dari bidang studinya dulu, yaitu komputer. Pernah melihat laptop Lenovo dengan bertuliskan “ThinkPad” pada produknya? ThinkPad adalah salah satu produk Lenovo seri Think, commercial products yang didesain untuk korporasi. Yohanes mendirikan PT. Maxima Surya Abadi — partner resmi Lenovo dalam distribusi produk seri Think — pada tahun 2017, setelah lebih dari sepuluh tahun menggeluti bisnis komputer. Berawal dari kerja serabutan di master dealer produk HP (Hewlett-Packard) milik keluarga seorang teman, Yohanes membangun tangga karirnya perlahan-lahan, selangkah demi selangkah. Menjadi sales, sales manager, area store manager, hingga lead division untuk merek produk Dell pernah dirasakannya. Setelah tiga tahun, pria kelahiran Banyuwangi ini direkrut oleh Lenovo Indonesia dan ia berkarir di sana selama delapan tahun, hingga akhirnya melihat peluang untuk membuka bisnisnya sendiri.
Bagi Yohanes yang pernah merasakan bekerja di dua lingkungan — di perusahaan orang dan perusahaan rintisan sendiri — bekerja dengan orang lain atau memilih jadi entrepreneur sebenarnya sama saja. Tidak ada yang lebih unggul daripada yang satunya. “Masalahnya adalah seberapa kita mau fokus untuk menjadi yang terbaik,” tegasnya. Kunci pertama yang Yohanes pegang dalam menghadapi dunia bisnis yang sarat kompetisi adalah fokus. Bagi penyuka musik dan film ini, pantang baginya membiarkan suasana hati alias mood mempengaruhi kualitas pekerjaannya. “Kita bisa lihat, kalau orang sedang ‘nggak mood’, belajarnya bisa asal-asalan. Kalau nanti di dunia kerja, tidak bisa seperti itu. Kalau mengikuti mood begitu, nanti malah nggak jadi siapa-siapa,” paparnya.
Kunci kedua, mindset. Pola pikir yang baik menjadi aset yang belum tentu dimiliki semua orang. “Mindset itu yang menentukan berhasil atau tidaknya kita. Banyak belajar dari orang lain. Anggap mereka lebih pintar, sehingga kita selalu rendah hati dan mau belajar. Bahkan kita bisa belajar dari abang becak sekalipun. Mereka rata-rata sangat jago main catur,” ujarnya sambil berguyon.
Kunci terakhir, buku. Alih-alih menyesali masa kuliahnya yang “kebanyakan main sampai terancam DO”, Yohanes lebih menyesal karena dulu tidak rajin membaca buku. “Kalau diasumsikan satu bulan baca satu buku, masa kuliah 12 bulan kali empat tahun, dapat 48 buku. Sebenarnya kita lumayan lebih pintar dibanding teman sepantaran,” jelasnya. “Di dunia kerja, kita berkompetisi dengan senior yang berpengalaman. Bagaimana bisa berkompetisi, kalau kita kalah dari sisi pengalaman dan resources? Buku itu jalan keluarnya. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain, dan how to survive-nya.”Fokus, mindset, dan buku. Tiga kunci sederhana yang bisa dimulai kapan saja, tanpa kata terlambat. Sudah siap berkompetisi dengan kunci-kunci jitu ala Yohanes?
Ditulis oleh: Denalyn T. Istianto