Ia berani menargetkan hal yang besar demi menempatkan diri di tempat yang nyaman di masa depan.
Ephraim Gunawan, dengan segala usahanya untuk menentukan jalan hidup terutama dalam mengembangkan karier. Alumnus Program Studi Teknik Informatika Universitas Kristen Petra (UKP) angkatan 1999 ini membekali dirinya untuk melesat ke lingkup internasional.
Ephraim rajin melakukan riset terhadap prospek kerja di masa depan sebelum memulai masa kuliahnya. Kala itu, teknologi sudah mulai digunakan dalam berbagai kegiatan di perusahaan-perusahaan ternama. Dari riset yang ia lakukan, informasi teknologi menjadi pekerjaan nomor satu baik nasional maupun internasional hingga saat ini. Hal ini dikarenakan teknologi terus berubah mengikuti perkembangan zaman dan menjadikan segalanya “serba instan”. Keluarganya turut memberi dukungan dengan mencarikan informasi dari beberapa kenalan. Akhirnya, Ephraim mendaftarkan diri di Teknik Informatika UK Petra. Semasa kuliah, ia cukup aktif berkontribusi dalam kepanitiaan, bahkan mengikuti beragam perlombaan mewakili UK Petra.
Baginya, ada tiga hal yang ia dapat dari UK Petra dan ia bawa dalam karier hingga saat ini. Pertama, collaboration atau kolaborasi, yang dulu ia dapat dari pengalaman seperti kepanitiaan dan kerja kelompok. Rasa rela dan berani untuk berkolaborasi dengan banyak macam pihak akan terus diterapkan bahkan di dunia kerja. Kedua, yaitu pentingnya memiliki IPK/ GPA yang maksimal. Hal ini menjadi poin pertimbangan yang penting bagi suatu perusahaan ketika akan menerima calon pekerja. Ketiga, adalah etika bekerja yang juga menjadi pertimbangan saat kita melamar suatu pekerjaan. Perusahaan tak hanya mencari karyawan yang pandai saja, namun juga yang cakap dalam bekerja dan berkoordinasi dengan rekannya. Ephraim menekankan betapa pentingnya mengemban ketiga hal tersebut dari kegiatan perkuliahan selain dari materi yang diajarkan. “Kalau kita tidak bisa respect, tidak bisa berkolaborasi, dan maunya menang sendiri, itu tidak akan goes well with the carrier,” jelasnya.
Ketika ditanya tentang pengalaman berkesan selama berkuliah, ayah dua anak ini menjawab dengan masa saat magang. Baginya, pengalaman magang atau internship menjadi kesempatan untuk belajar dan menimba banyak ilmu baru terutama terkait dunia pekerjaan. Kala itu, ia melaksanakan proses magang selama satu tahun di salah satu perusahaan IT Consultant lokal di Graha Pena, Surabaya. Proses magang seakan membuka mata Ephraim terhadap masa depan kariernya. Ia membulatkan keputusannya untuk bekerja di perusahaan internasional. Dengan demikian, ia akan mendapat international exposure, memiliki wawasan yang luas, dan pengalaman berkarier yang memuaskan.
Beberapa perusahaan IT (Information Technology) bergengsi di dunia seperti Accenture, IBM, PWC, dan KPMG sempat menjadi impiannya. Memiliki target yang tinggi, Ephraim pun secara mandiri melakukan self-development yang lebih intensif di tengah kegiatan magangnya. Menurutnya, materi kuliah saja belum cukup, sehingga ia harus proaktif mencari pelajaran dari luar kampus. Mengingat bidang yang diminatinya berkaitan langsung dengan pengolahan data dalam komputer, maka diperlukan pelatihan khusus untuk melatih kemampuannya. Pria yang semasa kuliahnya memiliki hobi sepak bola ini telah terkualifikasi dengan berbagai software skills. Di antaranya adalah ERP, ITIL, dan SAP, yang ia dapatkan dengan mengikuti kursus.
Alih-alih melanjutkan studi, Ephraim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kariernya setelah lulus dari Universitas Kristen Petra. Ia melamar pekerjaan di beberapa perusahaan yang sudah ia idamkan. Ia mempertimbangkan hal-hal penting seperti international exposure dan keuntungan dari suatu perusahaan. Itulah alasannya untuk memulai karier sebagai Junior Analyst di HM Sampoerna pada tahun 2006. Kerja keras selama hampir 18 tahun membawanya pada posisi Head of IT di Philip Morris Middle East, Dubai. Mencurahkan seluruh jerih payahnya di perusahaan rokok dan tembakau, tentu sempat membuatnya ingin bekerja di perusahaan lain. “Kita harus tetap membuka mata, benchmarking, mana (perusahaan) yang lebih bagus, yang bisa mengembangkan karir kita,” ujarnya. Tetapi, Philip Morris masih tetap memiliki “package” yang menguntungkan bagi dirinya. Kendati demikian, Ephraim juga melewati berbagai tantangan dalam perjalanan karirnya. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana ia bisa tetap belajar dan berani keluar dari zona nyaman. Baginya, terlalu lama di suatu posisi tidak lah baik dan akan menghambat perkembangan diri. “Learn new things, learn new experiences, and that’s the only way that we can grow,” jelasnya.
Dalam perjalanan kariernya, Ephraim sudah banyak bekerja di berbagai wilayah di dunia. Di antaranya adalah, Malaysia, Switzerland, Australia, dan Dubai. Ia harus berhadapan dengan beragam budaya kerja. Namun, ia tetap berusaha untuk menghargai kebudayaan, latar belakang, dan status sosial rekan kerjanya. Ephraim berpesan agar di mana pun, kita harus mampu beradaptasi dengan cepat dan menerima keberagaman yang ada. Kita juga harus embrace the change, atau menerima dengan lapang dada segala perubahan. Tak selamanya perubahan mengarah pada hal yang merugikan, terkadang perubahan menjadi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan lebih baik lagi. Begitulah cara Ephraim sebagai upaya untuk terus meningkatkan jiwa kepemimpinan dan kemampuan berkolaborasinya dalam bekerja.
Alumnus UK Petra ini berpesan tentang pentingnya kegigihan dan kerja keras sebagai sebuah pekerja. Ephraim juga ingin menekankan pada eksistensi personal branding dalam diri seseorang. Di mana dapat kita capai dengan meningkatkan skills, memperbanyak relasi, dan berkolaborasi. Tentu, di atas semua hal itu, kita harus tetap mempercayakan segala pekerjaan kita pada Tuhan. “Ora et Labora”, walaupun kita berusaha meningkatkan kinerja tapi tidak mengandalkan Tuhan, maka semuanya akan berujung sia-sia. “Membawa semua mimpi dan pekerjaan dalam Tuhan, dan meminta Tuhan untuk memimpin kita,” ujar Ephraim Gunawan sebagai pesan penutup. ***
Ditulis oleh: Angelica Nicole Setiabudi