“Tuhan membukakan semua jalan untuk saya.”
Begitu ungkap Olivia Listijo, MBA ketika ditanya mengenai pengalamannya saat pertama kali merantau ke luar negeri. Olivia tidak pernah membayangkan akan berkarir dan menetap di negeri orang. Namun memang jalan Tuhan tidak ada yang bisa menebak, dan Olivia pun memilih untuk patuh dan mengikuti jalan tersebut. Dari situlah semua jalan yang Tuhan persiapkan dan berikan semakin terbuka hingga membawa Olivia untuk sampai di titik karir dan kehidupannya saat ini.
Lulus dari Universitas Kristen Petra jurusan Manajemen, Petranesian alumnus angkatan 1998 ini memutuskan untuk melanjutkan studinya di Central Michigan University. Setelah satu setengah tahun berlalu, Olivia akhirnya menyelesaikan studi masternya dan memperoleh gelar MBA. Kembali menjadi seorang fresh graduate membuat Olivia sedikit kebingungan memilih jalan yang harus ia tempuh. Ada dua pilihan sulit baginya: kembali ke Indonesia atau mencari pengalaman bekerja di luar negeri. Tentu saja, keduanya memiliki resiko dan keuntungan masing-masing. Di tengah pergumulannya, Tuhan mulai membukakan jalan bagi Olivia.
Olivia akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan di New Jersey, di kota tersebut dia memiliki seorang kawan yang adalah Petranesian alumni juga. Belum memiliki rencana pasti tentang masa yang akan datang, tawaran pekerjaan yang datang menjadi hal yang sangat susah untuk ditolak. Finance Analyst adalah pekerjaan pertama yang Olivia dapatkan di New Jersey. Bekerja di salah satu perusahaan besar di dunia bernama American Standard (now under LIXIL Brands), pemasok kebutuhan produk sanitasi and dapur (seperti toilet, wastafel, keran, dll) ke berbagai penjuru benua termasuk Indonesia sendiri, ternyata dapat membuka begitu banyak peluang besar bagi dirinya. Di tengah rasa pergumulan yang terus berlangsung, Olivia tetap setia menjalani pekerjaannya, meski saat itu masih terus mempertimbangkan untuk pulang kembali ke Indonesia. Kenyataan berkata lain, setelah bekerja selama kurang lebih satu bulan, salah satu marketing VP menawari Olivia untuk mengajukan aplikasi working permit supaya dapat bekerja lebih lama di USA. Kembali Tuhan membukakan jalan, mempersiapkan Olivia untuk masa depannya.
Setelah bekerja selama kurang lebih 5 tahun di American Standard, ia diberikan sebuah “project” oleh CFO (Chief Financial Officer) untuk menyelesaikan masalah piutang dengan American Standard cabang Indonesia. Olivia harus membuka kembali permasalahan-permasalahan yang sudah lama tertimbun demi untuk menuntaskan tugasnya. Permasalahan yang sudah terombang-ambing selama hampir empat tahun dan Olivia mampu menyelesaikan masalah tersebut dalam kurun waktu sekitar enam bulan saja. Olivia tidak segan-segan untuk bekerja hingga larut malam—karena perbedaan waktu yang signifikan antara Indonesia dengan New Jersey—untuk membahas pokok permasalahan melalui rapat-rapat daring. Setelah berbulan-bulan kerja keras, akhirnya masalah piutang ini dapat Olivia tuntaskan. Hal ini adalah sebuah capaian yang tidak mudah.
Seperti menapaki anak tangga, Olivia, perlahan namun pasti dan dengan tekun, terus berjalan naik. Olivia mendapat promosi menjadi Senior Finance Analyst. Setelah menempati jabatan tersebut selama sekitar tiga hingga empat tahun, ia dipercaya untuk menjadi Finance Product Manager. Jabatan yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur segala margin, cost, pricing untuk launching produk-produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Pada awalnya, ia hanya diberi tanggung jawab atas satu unit bisnis. Seiring berjalannya waktu, Olivia dipercaya untuk memegang lebih dari satu unit produk. Saat ini Olivia menduduki jabatan sebagai Finance Director of Brands and Products.
“Rasanya bangga ketika kita lihat barang yang kita analisa itu terpampang di toko-toko atau showroom. Saya bisa tersenyum dan berkata kalau saya ikut terlibat dalam analisa-analisa dibalik produksi barang ini,” ujarnya ketika ditanya apa hal yang paling membanggakan selama karirnya. Terdengar sederhana, namun perasaan menyenangkan yang ia alami tak ayal membuat Olivia merasa semua kerja kerasnya terbayarkan.
Hal penting lain yang tidak mungkin ia lupakan dalam setiap kesuksesannya adalah kerja keras tim yang juga luar biasa. Tanpa support dari timnya, ia percaya bahwa ia tidak akan berada di posisinya saat ini. Hal ini pula yang mengingatkannya pada masa-masa kuliahnya di Universitas Kristen Petra. Lulus dengan predikat Mahasiswa Aktif Berprestasi, Olivia semasa kuliahnya tidak hanya berprestasi dalam akademik, namun juga non-akademik. Satu hal yang paling diingatnya adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Petra Choir yang diikutinya hingga bertahun-tahun lamanya. Di komunitas inilah ia menemukan arti kekeluargaan dan dapat berkembang secara spiritual. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Kolose 3:17. Satu ayat dalam Alkitab yang menjadi tumpuannya hingga saat ini. Bekerjalah dengan penuh sukacita, tanggung jawab, dan yang terpenting, lakukanlah semuanya itu seperti kamu melakukan untuk Allah. Jangan lupakan Tuhan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Tidak hanya aktif di bidang ekstrakurikuler, Olivia juga aktif berorganisasi. HIMA adalah wadah yang ia pilih kala itu. Di sinilah ia juga mendapat pengalaman yang nantinya berguna ketika ia masuk dalam dunia kerja. Bisa dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler serta organisasi inilah yang membantunya untuk berkembang dan mempersiapkan dirinya saat terjun dalam dunia kerja yang dipenuhi beragam orang dengan berbagai karakteristik. Kemampuan ini lah yang menjadi senjatanya untuk bertahan di dunia kerja. Menurut Olivia, kuliah bukan hanya sekedar belajar di dalam kelas, namun juga belajar berkomunikasi dan menjalin relasi dengan orang banyak dengan berbagai macam latar belakang dan watak. “Berusahalah untuk terlibat dan aktif dalam organisasi, karena disana kalian akan belajar banyak mengenai soft skills yang kelak akan berguna dalam dunia kerja” ujarnya. Meski demikian, Olivia masih mengalami kendala saat pertama kali bekerja untuk mengutarakan opininya. Terbiasa dengan sistem ‘mendengarkan’ dibanding ‘diskusi’ di lingkungan pendidikan Indonesia, membuat dirinya sulit mengutarakan pendapat ketika rapat tengah berlangsung. Dia harus berusaha lebih keras untuk memberanikan diri berpartisipasi di dalam rapat. Satu langkah yang mungkin terlihat kecil tetapi ini sangat berperan dalam perkembangan karirnya.
Meski banyak jalan tampak terbuka lebar di hadapannya, kesulitan pun juga seringkali ia hadapi. Merantau ke negeri orang yang begitu jauh dari kampung halamannya kadang membuat sosok ibu dua anak ini merasa rindu dengan rumahnya. Terlebih, membangun keluarga kecilnya bersama sang suami tentu tidak semudah membalikan telapak tangan. Menjaga work-life balance terasa begitu menantang karena ia harus bekerja sembari membesarkan dua buah hatinya. Dengan jam kerja yang panjang, ia dan sang suami harus saling bahu-membahu untuk mengurus rumah. Olivia bertemu dengan sang suami di UKM Petra Choir semasa kuliah, Trogan Prajogo– Petranesian alumnus angkatan 1998 Universitas Kristen Petra, dari Program Studi Teknik Industri. Meski pada pada tahun ketiga mereka harus menjalin hubungan jarak jauh, keduanya masih saling mendukung satu sama lain. Saat itu, Trogan bekerja di Astra International dengan lokasi pekerjaan yang berpindah- pindah, akses internet pada saat itu tidaklah mudah tapi hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi keduanya. Warnet adalah tujuan utama Trogan untuk mendapat akses berbincang selama beberapa saat dengan kekasihnya yang berada di Michigan.
Bahkan ketika Olivia mendapat pekerjaan di New Jersey, Trogan sangat mendukung semua keputusan Olivia. Ia sangat mengerti bahwa kesempatan bagus ini tidak dapat dilepas begitu saja. Tentunya tidak mudah menjalin hubungan jarak jauh, terlebih ketika Olivia memutuskan untuk pindah ke New Jersey dan mendapatkan tawaran untuk bisa bekerja di American Standard dalam jangka panjang. Keduanya sama – sama memikirkan masa depan hubungan mereka, tetapi mereka tetap menjalani semua nya dengan beriman dan terus berdoa kepada Tuhan agar Ia dapat membuka jalan bagi mereka. Dalam setiap doa, mereka selalu meminta Tuhan memberi petunjuk, hingga pada akhirnya doa mereka pun terjawab. Pada tahun 2006, kedua nya pun menikah di Surabaya. Seperti sudah digariskan, lagi-lagi jalan Tuhan terbuka untuk keduanya. Trogan diterima untuk melanjutkan studi magister di USA sehingga dia bisa ikut pindah bersama sang istri ke New Jersey dan di sana lah mereka memulai kehidupan berdua dan membangun keluarga kecil mereka. Menjadi mitra yang setara adalah kunci dari kesuksesan Olivia dan sang suami dalam menjalani bahtera rumah tangganya. “Kadang, suami saya yang mengurus (urusan) rumah dan juga anak-anak jika saya pulang terlalu malam. Intinya kita saling membantu dan mengurus segalanya berdua.” “Kalau punya struggle, jangan gampang menyerah. Ingatkan diri bahwa Tuhan menciptakan setiap orang dengan kelebihan di bidang tertentu dan juga kekurangan, jadi kamu mungkin harus berusaha extra keras dalam hal-hal tertentu yg bukan kelebihanmu. Bukan berarti kamu tidak bisa, tetapi kamu harus put a lot more effort untuk menjadi bisa. Dan yang terpenting, selalu…selalu…bersandar kepada Tuhan.” begitu pesan Olivia kepada Petranesian. “Dan tentunya, jangan lupa untuk “enjoy andhave fun!” Imbuhnya dengan senyuman lebar. Kunci utamanya adalah jangan gampang menyerah dan selebihnya serahkan seluruh usaha kita pada Tuhan.
Ditulis oleh: Jessica Azalea