“Saya termasuk orang yang suka mencoba hal dan tantangan baru, serta berani meninggalkan zona nyaman.”
Tahun 2006, Yuliaty Lawandra memutuskan meninggalkan Pontianak, kota tempatnya dilahirkan dan dibesarkan, untuk berkuliah di UK Petra, Surabaya. Otomatis, dia diperhadapkan dengan perbedaan bahasa dominan: bahasa Jawa. Tak menyurutkan asanya, tantangan tersebut malah menjadi salah satu pengalaman paling berkesan selama menjalani pendidikan di salah satu universitas terbaik di Jawa Timur saat itu. Pertemuannya dengan sesama mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia melahirkan ikatan pertemanan yang awet hingga sekarang.
Selama menjadi mahasiswi di Prodi Sastra Inggris, wanita yang akrab dipanggil Yuli ini memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. “Saya belajar tampil percaya diri dalam menggunakan bahasa Inggris dan presentasi di depan banyak orang. Kemampuan beranalisis saya jadi lebih mendalam sejak menulis skripsi karena dipandu oleh dosen-dosen yang sangat berpengalaman. Tak hanya itu, karakter dan kepribadian saya semakin terbentuk sehingga saya mampu membawa diri dengan siapapun dan di mana pun.”
Selain mempelajari materi perkuliahan, Yuli juga mengikutsertakan diri dalam berbagai aktivitas yang berhubungan dengan dunia luar, salah satunya Petra Little Theatre (PLT). Saat itu Yuli bertugas sebagai seorang Public Relation, yang mana ia harus mencari sponsor untuk semua play PLT selama 2 tahun. Meski bersifat sukarela, ia bersyukur karena ternyata pengalaman yang didapatnya saat itu mempersiapkan dirinya ke dunia kerja yang sebenarnya. Terbukti, saat lulus dan terjun ke pekerjaan pertamanya, Yuli tidak khawatir maupun kagok.
Pergerakan karir Yuli cukup bervariasi. Selama 11 tahun berkarir, Yuliaty sudah bekerja di enam perusahaan berbeda. Tidak hanya berkutat di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yuli pun sudah pernah mencicipi pekerjaan di luar negeri, tepatnya di Uni Emirat Arab (UEA). Bukan karena bosan, namun karena mau mencoba tantangan lain supaya bisa belajar lebih banyak lagi. “Tempat yang berbeda selalu memberikan pengalaman dan tantangan yang berbeda. Dari situ, saya belajar banyak sekali pengalaman yang saya tahu akan menjadi bekal,” ulas Yuli.
Tetapi semuanya itu tidak ia peroleh dengan mudah. Demi mendapat pekerjaan di posisi yang ia inginkan, wanita yang suka menjelajahi alam dan menyelam ini harus menghadapi kenyataan bahwa lulusan Indonesia cukup tidak dianggap di UEA. Resume-nya dibandingkan dengan resume para pelamar lulusan Swiss, United Kingdom, Amsterdam, dan Singapore. Tapi Yuli tidak pernah menyerah. Ia mengirimkan kurang lebih 70 aplikasi untuk bisa kerja di Dubai, UEA. Usahanya tidak sia-sia. Di usianya yang ke-22, Yuli berhasil menduduki posisi manager level di Dubai. Namun, tantangan lain menyusul. Banyak mata yang memandang rendah dirinya karena dirinya dianggap masih terlalu muda untuk berada di jabatan itu. Perlu banyak waktu dan pembuktian yang Yuli berikan melalui kinerjanya hingga akhirnya diakui. Menyesal? Tentu tidak. Malah ia senang karena berhasil mendapatkan kesempatan untuk menambah ilmu di luar negeri dan membawanya kembali ke negeri sendiri.
Saat ini Yuli bekerja sebagai Cluster Senior Sales Manager di Padma Hotels, Bali. Tugas utamanya adalah menjadi market executor dan menjual produk perusahaan (misalnya kamar hotel, meeting room, FB & Spa, dan semua produk yang ada di dalam hotel) kepada pelanggan melalui rekan travel agent atau modul bisnis B2B (Business to Business). Dalam proses eksekusi, ia harus mampu menciptakan strategi-strategi tertentu agar dapat mencapai target yang diberikan. Strategi tersebut harus bisa menguntungkan kedua belah pihak. Menjaga relasi yang baik dengan rekan travel agent juga termasuk prioritas pekerjaannya. Oleh karena itu, ia selalu mengikuti regular business trip setahun sekali ke Australia, China, dan Iran.
Berkarir selama 2.5 tahun ini, pekerjaannya juga menuntut teamwork. Meski dalam mencapai target Yuli dan 4 orang lain yang berada di level manajerial harus bergerak mandiri, tak jarang dalam prosesnya ia harus bekerja sama dengan banyak tim. Beberapa di antaranya adalah interaksi dengan departemen lain seperti Reservasi, Administrasi, dan Operasional.
Bagi banyak orang, pengalaman kerja lebih penting daripada kuliah. Namun Yuli memiliki pendapat sendiri. Baginya, kuliah adalah bekal terbesarnya untuk bisa mengejar perjalanan karir. Kuliah menjadi tidak penting untuk mereka yang tidak betul-betul menggunakan waktunya untuk belajar. Belajar bukan hanya berkaitan dengan materi yang diberikan saat berkuliah, tetapi juga mengenai penggambaran dan kepribadian diri.
“Kesempatan tidak selalu datang dua kali. Itu memang benar. Jika menemukan atau diberi kesempatan berkarir yang lebih baik walaupun harus menghadapi banyak tantangan dan meninggalkan zona nyaman, beranikan diri untuk raih (kesempatan) itu.
Ditulis oleh: Ivania Tanoko