Ia adalah seorang anak SMA jurusan IPA yang ingin jadi dokter. Atau pilot. Atau mungkin juga seorang ilmuwan bioteknologi. Tetapi, you don’t know what the future holds. Siapa yang menyangka kalau belasan tahun kemudian, si murid SMA itu, Genial, akan jadi seorang financial consultant di salah satu Big 4 kantor akuntan publik dunia, PricewaterhouseCoopers alias PwC?
Genial sama sekali tidak punya rencana untuk belajar ilmu ekonomi, apalagi akuntansi. Atas saran sang mama, ia mendaftar ke UK Petra sebagai “cadangan”, kalau ia tidak diterima di tiga jurusan utama yang diinginkannya. Sewaktu mendaftar pun, Genial tidak punya preferensi khusus. “Aku nggak suka semua fakultas. Akhirnya aku klik Fakultas Ekonomi di website pendaftaran mahasiswa baru, karena nggak suka teknik. Terus jurusannya aku scroll, literally aku scroll!” cerita Genial sambil tertawa. Entah takdir atau kebetulan, hasil scroll secara acak itu berhenti di Program Akuntansi Bisnis.
Rencananya untuk studi kedokteran, pilot, ataupun bioteknologi tidak berjalan dengan baik. Genial pun memulai kehidupannya sebagai seorang mahasiswa akuntansi. Hari-hari pertamanya di Program Akuntansi Bisnis bagaikan tersesat di hutan yang gelap. “Dulu aku waktu awal kuliah, benar-benar seperti tidak punya tujuan. Aku merasa, ‘ya sudahlah, kuliah-pulang-kuliah-pulang. Yang penting cepet tamatin S1, cari kerja,” ungkapnya. “Tetapi ketika aku ketemu dosen-dosen, pelan-pelan mulai dikenalkan bahwa sebenarnya akuntan itu adalah ‘dokter’-nya perusahaan. Aku ingat banget Pak Agus bilang, ‘accounting is a language of business’.” Genial merasa beruntung. Akuntansi jadi menarik di matanya. Meski demikian, sebagai seorang anak IPA yang banting setir mendalami ilmu ekonomi, Genial harus berusaha lebih keras dari rekan-rekan sepantarannya. “Untuk mengejar ketertinggalan, mau tidak mau harus self-study. Aku bela-belain datang ke ruang dosennya untuk bertanya soal yang aku tidak bisa dan tidak mengerti,” ceritanya. Genial juga menyempatkan mengejar double degree-nya ke Saxion University of Applied Sciences di Belanda.
Pulang dari Belanda dan lulus dari UK Petra, Genial melamar ke salah satu Big 10 kantor akuntan publik, BDO Indonesia, untuk menjadi seorang auditor. Pekerjaan itu menuntut Genial untuk melakukan pemeriksaan laporan terhadap syarat-syarat tertentu sesuai peraturan yang berlaku. Tetapi di satu titik, Genial merasa dirinya bukanlah seseorang yang cocok bekerja mengikuti “checklist” yang sudah ada itu. “Aku tidak merasa diriku ini sebagai seorang checklister. Tetapi aku ingin membuat sesuatu. Aku ingin pekerjaan yang ada hasil atau kontribusinya. Misalnya, ada proyek, dan dengan berada di proyek itu, aku punya kontribusi. Dulu, aku yang hitung finansialnya, lho!’ Aku merasa ingin melakukan sesuatu yang lebih.” Genial pun memutuskan pindah dari bidang audit, putar haluan ke financial consulting.
Genial meninggalkan posisinya sebagai seorang senior associate di BDO Indonesia dan memulai lagi dari bawah di PwC Indonesia. Lagi-lagi, ia harus bekerja keras lagi untuk mencapai standar di tempat bidang yang baru. Terlihat sulit, tetapi Genial punya satu prinsip yang selalu dipegangnya. “Do what you like, and work hard for it. Dulu aku auditor. Mengapa akhirnya pindah ke finance? Karena aku tahu apa yang dilakukan orang finance, dan aku menyukai itu. Aku meeting dari jam 11 siang sampai jam 5 sore. But I like my job. Mungkin aku capek, makannya telat, tetapi rasa passionate itu tidak hilang,” kisahnya.
Pindah haluan ke financial consulting bukan berarti ilmu yang didapatkan Genial di UK Petra tidak lagi terpakai. “Kebetulan di divisiku saat ini tidak banyak yang punya latar belakang akuntansi. Sedangkan untuk konsultan keuangan, kurang lebih harus paham akuntansi juga untuk membuat business projection, plan, dan lain-lain. Aku banyak aktif juga di organisasi. Itu jadi bekalku ketika harus public speaking di depan tim atau klien. Masih ingat banget, dulu waku masih kuliah sering dimarahin mama karena pulang kemalaman,” cerita sosok yang dulu aktif di BPMF dan MPM ini sembari terkekeh.
Dari cita-cita masa SMAnya menjadi seorang dokter, hingga saat ini menjadi seorang financial consultant di kantor akuntan publik ternama, Genial selalu punya moto yang dipegangnya hingga saat ini. “Play hard, work hard. Kalau kerja keras, tidak ada yang tidak bisa. Ketika ada kemauan, pasti bisa. Work hard itu penting sekali, percuma punya mimpi tapi tidak kerja keras. Akan jadi mimpi doang,” tuturnya mantap. Beberapa kali dihadapkan pada perubahan drastis pada kehidupannya, Genial tetap berani melangkah maju, bahkan bekerja jauh lebih keras untuk bisa ‘bersahabat’ dengan perubahan itu. Siapa yang menyangka, kalau perubahan-perubahan yang ada malah membawa dirinya ke masa depan yang indah? Kehidupan akan terus berjalan, dunia akan terus berputar, hari-hari sarat akan perubahan. Perubahan mungkin akan membawa rasa bimbang, takut, cemas. Tetapi, mari lihat dari kacamata yang lain: satu perubahan bisa menjadi sebuah titik balik dalam hidup. Sudahkah kita merangkul perubahan itu hari ini dan membiarkannya memproses kita menjadi sesosok manusia yang lebih baik?
Ditulis oleh:Denalyn T. Istianto