Meski saat SMA mengambil jurusan IPA karena ingin menghindari pelajaran yang bersifat sangat menghafal, Jovita Christin Wijaya, S.E. sudah tertarik dengan kegiatan impor dan ingin mempelajarinya lebih dalam. Terlebih lagi, kedua orang tuanya juga memiliki bisnis impor, sehingga Jovita bercita-cita menjadi pebisnis wanita yang bisa menjalin hubungan bisnis dengan luar negeri melalui kegiatan ekspor-impor. Baginya, kegiatan ekspor-impor jauh lebih menarik karena ia bisa melihat peluang bisnis yang mungkin belum ada di Indonesia maupun barang Indonesia yang bisa dijual di luar negeri. Atas dasar itu, ia memilih untuk melanjutkan pendidikan di International Business Management (IBM) tahun 2011. Pilihannya pun jatuh ke UK Petra karena semua pelajaran di IBM sudah berbasis bahasa Inggris.0


Selama 4 tahun, Jovita berkesempatan bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan melatih kemampuannya berbahasa Inggris. Beberapa dosennya merupakan native speaker dan datang langsung sebagai dosen tamu dari luar negeri. Sebagai contoh, dalam mata kuliah International Business, Jovita belajar dari para dosen Singapura yang datang langsung tiap dua minggu sekali. Dengan latar belakang profesi sebagai konsultan dan memiliki metode pengajaran yang berbeda, mereka mengajar cara berpikir dan menganalisa sesuatu. Jovita juga bertemu dengan beberapa teman dari berbagai negara, baik ketika IBM kedatangan mahasiswa program pertukaran pelajar dari Eropa dan Korea, maupun ketika Jovita sendiri mengikuti program pertukaran pelajar ke Korea. Dari pengalaman-pengalaman inilah ia belajar bagaimana tinggal sendiri di negeri orang, berkomunikasi dengan orang asing, membangun relasi dengan berbagai macam orang, serta mengerti budaya, cara mereka bekerja, dan sudut pandang mereka.
Pengalaman tak pernah jauh dari tantangan. Selama berkuliah di IBM, Jovita selalu ditantang untuk keluar dari zona nyaman. Salah satu contohnya adalah harus menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang mepet. “Hari ini dikasih tugas, besok harus presentasi. Jadi harus benar-benar kerja sampai malam untuk kejar deadline,” terang Jovita. Selain itu, setiap mahasiswa IBM ditantang untuk mengubah diri yang awalnya pemalu hingga bisa tampil maksimal. Untuk mencapai hal itu, para mahasiswa belajar public speaking, teater, berpuisi, berdebat, menjadi pembicara untuk seminar, dan menjadi event organizer untuk berbagai acara dan seminar. Tentu saja semua ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. “Kalau di IBM, kita selalu diajarkan tentang ‘integrity is above all, professionalism comes next’,” jelasnya. Hal itu menurutnya sangat penting saat bekerja, karena setiap orang pasti akan dinilai integritasnya. Tak hanya itu, ada pula striving spirits, di mana ia dilatih untuk menjadi pribadi yang gigih dan tekun menjalani tugas yang banyak dengan deadline yang mepet. Dan yang pasti, setiap proses itu mengubah cara berpikirnya menjadi lebih dewasa dalam menghadapi masalah dan berkomunikasi dengan berbagai macam orang.
Pertemuan pertamanya dengan PT Sun Paper Source dan PT Sopanusa Tissue & Packaging Saranasukses (keduanya berada di bawah manajemen yang sama) terjadi ketika Jovita mengikuti Petra Job Fair. Berawal hanya iseng mencoba melamar, ternyata ia benar-benar diterima di perusahaan produksi tisu ini. Layaknya angka ekspor tisu yang terus meningkat per tahunnya, karir Jovita pun juga terus menanjak. Dari awalnya menjadi assistant regional manager untuk region Korea selama kurang lebih tiga bulan, posisinya naik menjadi regional manager untuk region Korea dan Jepang. Sekitar dua tahun kemudian, ia menjadi general manager untuk Asia dan general manager untuk Amerika, masing-masing selama satu tahun. Tak berhenti di sana, satu tahun setelahnya ia menduduki jabatan wakil direktur, hingga akhirnya menjadi direktur komersial dari tahun lalu.


Sebagai seorang direktur komersial, Jovita memiliki banyak sekali tanggung jawab. Sebagian besar lingkup kerjanya berkaitan dengan pembelian bahan baku, pemasaran, dan penjualan untuk mencapai target profit. Ia harus memonitor tren bahan baku, membeli bahan baku termurah, dan mendapatkan bahan baku terbaik sesuai dengan produk yang dihasilkan. Ia juga bertanggung jawab mengembangkan produk dan pasar baru, serta memastikan bahwa hubungan bisnis tetap terjalin baik dengan semua suppliers dan klien. Tak hanya itu, ia juga membawa gol membentuk partnership di seluruh dunia. Untuk internal perusahaan, sebagai pemimpin, ia harus membuat sistem internal yang transparan, membuat lingkungan kerja yang baik, serta mendidik para pemimpin di divisinya.
Meski sudah berkarir selama kurang lebih enam tahun di perusahaan ini, tentu saja wanita kelahiran 1993 menerima banyak keraguan dari berbagai pihak karena usianya yang masih muda, mulai dari pihak internal dan eksternal perusahaan hingga para klien dari luar negeri. Ia sendiri juga harus bisa mengerti cara berkomunikasi dengan berbagai orang yang memiliki rentang usia yang variatif. Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Jovita punya triknya sendiri. Pertama, ia harus menguasai setiap hal di pekerjaan, memahami setiap produk barang dan mesin yang digunakan, serta update dengan apa yang terjadi di dunia, mulai dari politik hingga agama. “Jadi ketika orang-orang itu berbicara dengan saya, mereka akan ‘Oh, saya mengerti ya’ dan nyambung dengan setiap topik yang mereka bicarakan,” ungkapnya. Kedua, ia harus bisa menjadi orang yang berani dan bisa memberikan solusi bagi bawahannya, orang sejajarannya, atasannya, maupun kliennya. Ketiga, ia harus melakukan self-improvement, menjadi orang yang mau belajar dan diajar dengan cara banyak membaca buku, berkumpul dan berbagi dengan bos atau orang yang darinya ia bisa belajar banyak. Yang terakhir, ia tetap tulus dan rendah hati.

Jovita benar-benar merasa ini adalah jalan yang Tuhan sudah persiapkan untuk dirinya. Dia ditempatkan di perusahaan yang selalu memberi tantangan baru karena ekspansi yang terjadi setiap tahun, sehingga ia selalu termotivasi untuk berkembang dan belajar. Dia juga berkesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam orang di seluruh dunia. Selain itu, perusahaan ini juga tidak mengutamakan senioritas. Semua orang punya kesempatan karir yang sama, asalkan memiliki kinerja yang bagus. Oleh karena itu, kembali Jovita mengingatkan bahwa diperlukan integritas, ketulusan, pengetahuan berkaitan pekerjaan yang mengakar, sikap yang dapat diandalkan, serta keinginan untuk belajar. Hal itu bisa dipupuk selama berkuliah. “Belajar sebaik mungkin. Selain mencapai nilai-nilai yang baik, ambil semua opportunity atau experience yang ditawarkan, seperti student exchange, double degree, internship, summer program, kepanitiaan maupun organisasi. Karena dari sana kamu bisa jalin relasi, dapat banyak point of view, dan punya banyak teman. Bisa ubah cara berpikir dan sudut pandang,” katanya. Bagi mereka yang ingin berkarir seperti Jovita, mereka juga harus memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni, kemampuan hitungan yang cukup kuat, bisa berpikir logis, sikap sopan santun, mental tahan banting, serta keterampilan berkomunikasi dan bernegosiasi yang bagus. Hal itu diperlukan karena nantinya mereka pasti akan berhubungan dengan banyak negara. Di atas segala, jangan lupa lakukan yang terbaik dan bersandar pada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan ini.
Ditulis oleh: Ivania Tanoko