Proses menentukan jurusan kuliah sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi para calon mahasiswa. Bahkan saat mereka sudah memutuskan mengambil satu jurusan tertentu, sebagian dari mereka sering kali merasa tidak yakin dengan jalan yang dipilih.
Namun, lain halnya dengan Stefen Gunawan, salah satu alumnus Manajemen Perhotelan Universitas Kristen Petra (UK Petra). Sejak masih duduk di bangku sekolah, laki- laki yang akrab dipanggil Stefen ini mengaku sudah memiliki visi berkarier di bidang hospitality. Hal ini dikarenakan sejak kecil, Stefen memiliki ketertarikan dengan hal-hal yang bersifat praktikal, misalnya memasak. Tidak heran jika akhirnya ia memutuskan untuk mendalami ketertarikannya terhadap dunia Food and Beverage (FnB) di UK Petra.
Bagi laki-laki kelahiran Mojokerto ini, perkuliahan mampu menambah koneksi yang berdampak positif bagi perjalanan kariernya. Selain itu, lewat materi-materi perkuliahan yang ia pelajari selama kurang lebih 3,5 tahun, wawasannya terhadap banyak hal menjadi lebih terbuka. Beberapa contohnya, antara lain terkait manajemen, hospitality, dan FnB service. Hal ini yang kemudian ia aplikasikan ketika memasuki dunia pekerjaan.
Di sisi lain, alumnus angkatan 2006 ini mengaku berbagai eksplorasi bidang kuliner yang dilakukan di Manajemen Perhotelan UK Petra berhasil menghantarkan Stefen menemukan ketertarikannya terhadap pastry dan bakery. “Aku memilih (mendalami) pastry and bakery karena taste,” ungkapnya. Pasalnya, beberapa makanan, seperti daging merah dan seafood, tidak cocok dengan metabolisme tubuh Stefen. Hal ini yang akhirnya menjadi hambatan Stefen dalam mengembangkan bidang FnB tersebut melalui pembuatan signature dish di kemudian hari. “Seorang chef dituntut untuk memiliki signature dish,” pungkasnya. Hal ini dikarenakan signature dish memberikan value tersendiri bagi seorang chef dalam dunia hospitality.
Ketika memasuki dunia pekerjaan, Stefen tidak merasa ada perbedaan yang signifikan antara dunia perkuliahan dengan dunia pekerjaan. Meski terdapat kendala dalam menyesuaikan budaya kerja perusahaan, Stefen berhasil beradaptasi dengan cukup cepat. Hal ini dikarenakan ia sudah terlebih dahulu menyadari dan menerima risiko dari dunia pekerjaan yang harus ia jalani. Menurut laki-laki kelahiran 1998 ini, akan selalu ada hal yang dikorbankan demi mencapai sebuah tujuan, contohnya waktu dan tenaga. “Meski aku tahu tidak mudah, aku berusaha buat terus reach the career,” tambahnya.
Seperti kata pepatah, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Berkat ketekunannya dalam mencari pengalaman dan menggali potensi, lulusan UK Petra tahun 2009 ini berkesempatan menjadi Pastry Sous Chef di Hyatt Regency, Dubai. Ketika Stefen berpindah kerja ke Hotel Indigo Bali sebagai Executive Pastry Chef, ia berhasil menjadi pemenang juara pertama Pastry Challenge dari Anchor Chef Competition 2019.
Pada tahun yang sama, Stefen juga memulai langkah pertamanya membuka bisnis dengan mendirikan toko roti “Roti Bee”. Dibandrol dengan harga yang terjangkau, Stefen ingin menargetkan pelanggan Roti Bee dari kalangan menengah ke bawah. Menurut laki-laki yang kini berdomisili di Bali ini, semua ilmu yang ia dapatkan semasa kuliah sangat berguna dalam merancang suatu bisnis. “Mulai dari proses pembuatan produk hingga akhirnya produk sampai di tangan pelanggan, semua perlu dipertimbangkan,” ujarnya.
Sayangnya, setelah setahun berjalan, Roti Bee tidak kunjung mengalami kemajuan. Menurut Stefen, keberlangsungan bisnis FnB tidak bisa hanya mengandalkan satu produk saja. Pada akhir tahun 2022, Roti Bee melakukan rebranding menjadi Kanary akibat perubahan tren pascapandemi Covid-19. Nama ‘Kanary’ sendiri berasal dari nama salah satu jenis warna kuning, yaitu canary yellow. Ia merasa sangat beruntung karena pada saat pembukaan kembali Kanary, tren pastry dan bakery sedang naik. Laki-laki yang sudah berkecimpung di dunia pastry dan bakery selama lebih dari 13 tahun ini turut menambahkan, “Yang terpenting adalah get the moment, get the market.”
Berbeda dengan Roti Bee, Kanary berfokus menargetkan masyarakat dari kalangan menengah ke atas. Bahkan, mereka sangat terbuka dengan turis-turis dari mancanegara. Sejak keadaan berangsur normal, Stefen menyatakan, “Banyak bule (di Bali) yang minta breakfast.” Hal ini menjadi petanda kalau target pasar Kanary berhasil naik level. Di balik pencapaian tersebut, terdapat tantangan-tantangan yang harus dihadapi laki-laki yang sudah berkeluarga ini dalam mengelola bisnisnya. Salah satunya adalah kemampuan mengelola tingkat stres dalam menjaga kestabilan omset penjualan. Awalnya, Stefen mengaku perlu berpikir keras untuk membentuk sebuah sistem yang nantinya akan memudahkan dirinya mengawasi operasional toko sehari-hari. Namun, setelah sistem tersebut telah berjalan dengan stabil, waktu yang harus ia luangkan untuk mengelola toko menjadi lebih fleksibel.
Stefen pun berpesan, “Lakukan yang terbaik untuk menambah value diri kamu!” Alasannya karena value diri yang bagus dan tinggi akan membawa kita survived di dunia pekerjaan manapun. “Selama menambah value (diri), sebisa mungkin jangan pedulikan budaya kerjanya dulu,” pesan pemilik Kanary Coffee and Bakery ini. Baginya, ketika kita berhasil bertahan di masa-masa sulit, maka secara tidak langsung keadaan tersebut akan menempa mental kita agar menjadi lebih kuat. Nantinya, mental yang kuat akan menjadi bekal perjuangan kita dalam menghadapi tantangan-tantangan lain yang siap menanti. Tetap semangat mengembangkan Kanary, Stefen!
Ditulis oleh: Celia Valen Leonita