Jika berkunjung ke Belgia, Museum aan de Stroom (MAS) sebagai salah satu ikon kota di negara tersebut tersebut tidak boleh terlewatkan. Bangunannya yang megah, kokoh, dan unik menjadi daya tarik utama serta bukti kualitas Silvy Santosa salah seorang alumnus Teknik Sipil UK Petra angkatan 1994. Bahkan ketika profesi di bidang tersebut dinilai cenderung tabu bagi perempuan, Silvy tetap teguh meniti kariernya.
“Memang passion saya dari dulu untuk bekerja di dunia construction,” kenangnya. Ia kembali teringat pada masa kecil tatkala ia mengagumi bangunan-bangunan megah dan jembatan besar.
Sebelum Silvy menangani berbagai proyek besar di negara-negara Eropa, ia memulai perjalanan kariernya di Surabaya usai sidang skripsi. Ia direkrut oleh salah satu dosen UK Petra, Hasan Santoso.
“Belajar cara handle proyek, turun langsung ke lapangan, dipercayakan untuk menghitung proyek konstruksi baja dan beton, sekaligus monitoring kuantitas, pokoknya apa yang terjadi dan dibutuhkan secara praktis,” ujarnya. Pengalaman tersebut sangat berharga bagi Silvy sebagai fresh graduate, serta mengantarkannya pada pengalaman-pengalaman berikut hingga tiba pada perusahaan konstruksi Belanda di Indonesia. Ia pun berkesempatan bekerja bersama ekspatriat asal Belanda dan Australia, serta mengerjakan proyek-proyek di Surabaya dan Jakarta sebelum akhirnya pindah ke Belgia pada tahun 2004.
Meski didasari oleh karier sang suami yang berkembang di negara asing, Silvy yang mengantongi gelar Sarjana Teknik Sipil dengan dasar structural engineering dari UK Petra turut memperluas pengalaman. Perempuan kelahiran Bali ini pun melanjutkan mimpinya di bidang construction dengan bergabung di perusahaan consultant dan mengerjakan proyek ‘het MAS’ (Museum Aan de Stroom yang artinya ‘museum di tepi sungai’) di Antwerpen, Belgia sebagai proyek pertamanya.
“Kalau ada keluarga berkunjung, saya bisa menunjukkan ‘Itu, lho, proyek pertama saya di Belgia’,” ujarnya sembari tertawa. “Itulah keuntungan kerja di (bagian) building, kita bisa tunjukkan hasil (fisik). Beda dengan proyek-proyek infrastruktur yang kini saya kerjakan. Walaupun tergolong dalam proyek-proyek terbesar dunia, tetapi letaknya di bawah laut semua.
Secara teknis, ia juga mengaku sempat mengalami culture shock. Berbeda dengan Indonesia yang rawan gempa, Belgia tidak memerlukan kolom dan tiang pancang dikarenakan letak geografisnya. Pemilihan material pun condong mengarah ke prefabrikasi, serta prioritas safety and health in construction yang wajib melalui serangkaian tes dan peralatan keselamatan.
Silvy menambahkan, “Kami juga membuat simulasi dengan Virtual Reality (VR)sebagai bagian dari Virtual Design. Fungsinya menunjukkan bahaya dari alat-alat berat yang ada di lokasi, atau apa yang harus diperhatikan para pekerja untuk menghindari kecelakaan.” Dengan demikian, harapannya pembangunan dapat menerapkan zero accident on site. Berkat kecanggihan teknologi juga, Silvy berdecak kagum ketika konstruksi panel kaca melengkung yang menjadi ciri khas MAS dikerjakan secara modern.
Silvy terus mendalami perancangan/desain building selama sepuluh tahun berikutnya berkat kesenangannya terhadap bangunan. Ia menyukai proses pengerjaan, kepastian yang dapat diperhitungkan, hingga hasil jadinya. Ketika dirasa telah cukup familiar dan berpengalaman dalam ranah ini, Silvy mengambil tantangan lain berupa pembangunan infrastruktur.
“The New Lock in Terneuzen ini termasuk salah satu lock terbesar di dunia, berukuran panjang 427meter dan lebar 55meter, mirip dengan lock di Terusan Panama. Perbedaannya, the New Lock in Terneuzen memiliki kedalaman 15 meter, sedangkan Lock Panama 18.3 meter,” terangnya. Terletak di antara Belgia dan Belanda, The New Lock in Terneuzen khususnya berpengaruh bagi Belanda, Belgia, dan Perancis. Infrastruktur bawah laut ini berfungsi sebagai pertahanan air dan akses kapal besar di jalur perairan ekonomi Eropa.
Walau tidak sepenuhnya sejalan dengan pengalaman sebelumnya, Silvy menemukan keasyikan tersendiri dengan menggeluti infrastruktur. Faktor-faktor yang mendasari perhitungan, risiko, hingga tantangan kekuatan suatu infrastruktur sangat berbeda dengan yang dikenal Silvy pada pembuatan building. “Kita belajar hal baru setiap hari,” ungkapnya. Menyeimbangkan dengan kehidupan berkeluarga, komitmen Silvy terhadap proyek ini dibuktikan salah satunya dengan perjalanan pulang pergi Belgia-Belanda setiap harinya selama 3-4 jam, bahkan 5 jam jika harus menghadiri meeting di kantor pusat di Belanda.
Perpindahan fokus karier ini dibarengi dengan penguasaan Silvy terhadap Building Information Management (BIM) yang berperan besar dalam proses perancangan dan pembangunan proyek-proyek di Eropa. Tidak dapat disangkal bahwa infrastruktur yang ditangani Silvy bersifat high risk atau memiliki risiko tinggi. Berpacu untuk merealisasikan lifetime project aliasproyek yang memiliki ketahanan minimal 100 tahun, keahlian dan fasilitas yang digunakan pun berbeda.
Penerapan BIM serta Artificial Intelligence (AI) dan VR diakui dapat memberi data yang akurat untuk penggambaran digital, analisa meminimalkan risiko, clashes dapat dideteksi sedini mungkin dan dicarikan solusinya sehingga pada waktu pelaksanaan, risiko dapat dikurangi. Selain itu, menggunakan BIM dapat membantu designer serta tim pelaksana melihat secara visual apa yang akan mereka kerjakan (memberi tampilan dalam format 3D).
“Prinsipnya adalah what you see is what you get,” tegasnya. Memanfaatkan keahlian ini, proyek infrastruktur selanjutnya adalah The Fehmarnbelt Tunnel. Tunnel bawah laut yang menggunakan teknik ‘immersed’ sepanjang 18 kilometer yang menghubungkan Denmark dan Jerman, serta merupakan salah satu ‘world longest immersed tunnel’ pun dipercayakan pada Silvy selaku Digital Construction Manager BAM Wayss & Freytag.
Ia menjelaskan, “Selama ini kapal feri menjadi akses yang digunakan untuk menghubungkan negara-negara Skandinavia dengan Eropa Tengah memakan waktu yang cukup lama, karena itu dibangun tunnel untuk mempercepat mobilisasi.” Guna mendukung perancangan The Fehmarnbelt Tunnel serta seluruh sarana dan prasarana, didirikan pabrik khusus untuk mencetak elemen tunnel, landside work sampai Portal Area yang menghubungkan landside dan laut yang didesain menggunakan BIM. Keputusan ini dikarenakan elemen harus akurat secara berat dan volume, sebab pada praktiknya harus mampu mengambang dan dibenamkan pada waktu-waktu tertentu dan hanya mempunyai toleransi yang kecil sekali dalam pelaksanaan, jadi semua harus tepat dan akurat. Di sisi lain, tunnel tersebut berkaitan pula dengan harapan global world change, yakni mendorong publik untuk menggunakan kereta atau transportasi umum lainnya, guna mengurangi CO2 yang berdampak negatif bagi iklim dan ekosistem. Tersedianya semakin banyak dan beragam akses diharapkan mempermudah hadirnya transportasi umum serta penggunaannya bagi publik.
Menilik kembali dari perjalanan kariernya sejauh ini, Silvy bersyukur untuk dasar ilmu yang dipelajarinya dari UK Petra. “Logika, teknis hitungannya, ilmu yang didapat juga yang saya pakai sampai sekarang,” akunya. Sebagai praktisi, Silvy mengapresiasi strategi UK Petra yang menerapkan basic ilmu sesuai standar terkini sehingga dapat diaplikasikan pada praktiknya. Ia berharap, almamaternya ini dapat senantiasa mengembangkan kompetensi dalam digital construction, sesederhana menerapkan teknik gambar 3D agar mahasiswa lebih familiar dan siap menghadapi industri ke depannya.
UK Petra merupakan memori yang spesial bagi Silvy dikarenakan institusi pendidikan ini yang mempertemukan dirinya dengan sang suami, Antonius Wibowo, yang juga juga mahasiswaTeknik Sipil. Selain merindukan cuaca hangat dan hidangan pempek di Indonesia, ia juga tetap menjalin pertemanan dengan sahabat-sahabat yang dijumpainya semasa berkuliah. Kegemarannya mempelajari analisis struktur dan gempa pun tidak lepas dari peranan dosen-dosen favoritnya, Benjamin Lumantarna dan Gideon Hadi Kusuma.
Sebagai lulusan universitas dalam negeri, Silvy paham akan kekhawatiran tertentu yang terkadang dapat mengecilkan hati seseorang sebelum bertanding. “Kalau ada impian dan passion terhadap sesuatu, jangan takut untuk dikejar,” pesannya. Sembari terus belajar, Silvy meningkatkan pemahaman dan jam terbang dalam bidangnya. Ia menyadari adanya niat dan hati yang teguh untuk mewujudkan mimpi mampu mengatasi tantangan di masa mendatang. Mari Petranesian, kita juga dapat merealisasikan mimpi masing-masing. Seperti kata Joel Osteen, “God planted a dream in your heart for a reason. No one else can dream it for you. No one else will accomplish it for you.”
Sukses selalu, Silvy! ***
Ditulis oleh: Magdeline Priscilia