Apakah ada di antara kita yang dapat menyaksikan secara langsung peristiwa bersejarah, seperti Pemilu Amerika Serikat 2020 dan kerusuhan di Gedung Capitol Amerika Serikat? Salah satu alumnus UK Petra bisa menjawab pertanyaan ini dengan mengacungkan jarinya dan dengan lantang berkata: saya! Namanya adalah Virginia Gunawan. Wartawan perempuan keturunan Tionghoa-Indonesia dari Voice of America (VoA), sebuah organisasi berita dan penyiaran internasional yang berkantor di Washington D.C. ini adalah lulusan Prodi Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi jurnalisme media cetak dan daring angkatan 2008. Peraih beasiswa Fulbright 2014 yang menguasai tiga bahasa internasional ini kemudian melanjutkan petualangan akademiknya di New York University dengan konsentrasi di bidang multimedia journalism. Ia bukan hanya piawai menulis dan menyampaikan berita, namun juga menguasai berbagai keahlian, seperti advance shooting, lighting, and editing, advanced audio editing and engineering, media management, serta research and investigation yang mendukung kinerjanya sebagai seorang profesional.

Virginia mengamalkan ilmu yang didapat dengan berkarya di VoA Indonesian Service sebagai jurnalis multimedia selama dua setengah tahun. Berbagai peristiwa besar seperti Pemilu AS 2016 dan sidang umum PBB pernah diliputnya. Virginia lalu sempat pulang ke tanah air dan bekerja di situs Kumparan sebagai produser berita video selama satu tahun sebelum kemudian kembali ke VoA. Kesukaan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengeksplorasi cerita guna memahami manusia dan kehidupannya menjadi modal yang besar ketika harus menggali cerita yang harus dilaporkan. Selain itu, Virginia merasa bahagia bila dia berhasil menyintesis sebuah masalah kompleks dan menyajikannya dengan sedehana sehingga menolong orang untuk memahami hal tersebut.
Meski awalnya ditentang oleh orang tuanya untuk menjadi seorang wartawan karena dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi, menurut Virginia, profesi ini membuatnya merasa menghidupi panggilannya. “Jika dijalankan dengan integritas penuh, ini adalah profesi yang sangat fulfilling,” ujarnya tentang profesi yang dicintainya ini. Namun ia tidak memungkiri, pekerjaan yang dipilihnya ini memang memiliki banyak godaan, dan terkadang tidak diperlakukan dengan baik. Hal-hal itu justru membuka kesempatan baginya untuk kembali mengingatkan diri akan alasan utamanya memilih profesi sebagai seorang wartawan. Ia menjadi semakin banyak menggali dan memahami prinsip dan nilai-nilai yang dipegangnya. Ia ingin dapat bertumbuh di dalam budaya yang positif untuk memahami cara kerja pers dan sistem demokrasi. dan bekerja di VoA memungkinkan hal ini terjadi. Di sisi lain, pekerjaannya saat ini memungkinkan dia mengabdikan diri pada bangsa Indonesia melalui dunia jurnalistik. Virginia berharap dapat meninggalkan dunia yang toleran dan saling memahami, tidak terbatas pada tampak luarnya saja, sehingga terjadi percakapan dan usaha untuk saling memahami manusia lain.
Pertanyaan apakah kamu sudah mencapai cita-citamu? membuat Virgina merefleksikan hidupnya. Ia bukan tipe anak-anak yang dengan yakin menjawab apa cita-citanya, namun dia dengan yakin menjawab bahwa saat ini dia merasa bahwa cita-cita jangka pendeknya sudah tercapai. Virginia berkata, beberapa tahun belakangan ini dia melihat bahwa tujuan hidupnya berubah dan bertumbuh kembang. Ada hal-hal baru yang ingin dicoba dan dikerjakannya.
Bekerja di Amerika tidak membuat Virginia melupakan kenangan dan sukacitanya selama berkuliah di UK Petra. Kegiatan perkuliahan, bekerja paruh waktu, menjadi sukarelawan laboratorium, ikut kegiatan kepanitiaan hingga himpunan mahasiswa membentuk dirinya menjadi seperti adanya saat ini. Kesempatan belajar dengan bebas untuk melakukan eksplorasi di kelas-kelas selain peminatannya memperluas ilmu dan perspektifnya. Hal ini memungkinkannya untuk mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, dan sebuah bekal besar untuk menjadi seorang wartawan. Virginia berpesan kepada para juniornya agar berani keluar dari zona nyaman. “Jangan takut berbeda, tetapi dengan dasar alasan yang benar. Selalu bertanya, bahkan ketika kita merasa sudah tahu jawabannya.” Baginya, Ilmu Komunikasi UK Petra adalah zona aman untuk mencoba dan bereksperimen sehingga menjadi makin paham dan menemukan formulasi tepat untuk diri sendiri.
Kami di UK Petra akan menanti hal- hal besar dan bermakna dikemudian hai yang akan Virginia lakukan.
Ditulis oleh: Meilinda